Jumat, 20 Mei 2011

PERDAGANGAN NABI [1]


A. Pendahuluan

Kisah kehidupan dan perjuangan Nabi saw. Ini adalah menjadi contoh dan suri tauladan bagi kehidupan umat manusia yang hidup sesudahnya dengan mengharapkan rahmat Allah. Demikian pernyataan Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21.
Menjelang akhir hidupnya, kekayaaan Abdul Muthalib merosot. Ketika meninggal, warisan yang ia tinggalkan untuk masing-masing anaknya hanya sedikit. Sebagian dari mereka terutama Abdul-Uzzah yang di kenal dengan Abu Lahab telah memiliki kekayaan sendiri. Tetapi, Abu Thalib hidup miskin,dan keponakannya perlu kerja semampunya untuk mendapatkan nafkah sendiri. 
            Muhammad tidak mau menjadi beban pamannya Abu Thalib dalam lingkungan keluarganya, maka sejak kanak-kanak ia bekerja sebagai pengembala kambing milik orang-orang mekkah dan milik pamannya sendiri. Dengan  pekerjaan menggembala kambing itu ia memperoleh upah yang dapat di jadikan sebagai penerus hidupnya dan meringankan beban yang di tanggung oleh pamannya.
Ketika Muhammad menginjak umur 9 tahun, ada yang mengatakan 12 tahun dan ada juga yang mengatakan 13 tahun, Muhammad bersama pamannya Abu thalib ikut berlayar, berdagang ke negri Syam[2] (Syiria) untuk pertama kalinya membawa barang dagangan.
                  
B. Nabi Muhammad Pergi ke Syam Yang Pertama Kali dan Kedua Kali

Ketika sampai di kota Bashrah,[3] bertemulah dengan pendeta bernama Buhairo. Pendeta Buhairo menceritakan bahwa ponakan Abu Thalib (Muhammad maksudnya) kelak akan menjadi Nabi yang terakhir dan sebagai penutup dari semua nabi-nabi. Pendeta Buhairoh itu meminta kepada pamannya Abu Thalib supaya keponakannya yang bernama Muhammad itu dibawa pulang kembali ke Makkah, karena takut kepada musuh-musuh yang menanti-nanti kedatangan beliau. Kata Pendeta Buhairo.
            Perjalanan dan kepergian Muhammad ke Syam yang kedua kali ini tidak lagi bersama pamannya Abu Thalib untuk menjual barang dagangan miliknya.  Akan tetapi perjalanan ke Syam kedua kalinya ia membawa barang dagangan milik saudagar kaya raya, seorang janda yang bernama Siti Khadijah. Karena Khadijah tahu bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki yang dapat dipercaya, beliau berkata dan bersikap jujur. Dengan kejujurannya semenjak masa kanak-kanak itu beliau mendapat gelar Al-Amin.[4]
            Dalam perjalanan ke Syam kedua kali ini, Muhammad di dampingi Maisarah, seorang laki-laki pesuruh Khadijah. Dua insan inilah yang memperdagangkan barang dagangan Siti Khadijah. Selama memperdagangkan dan mengantarkan barang dagangan Siti Khadijah, mereka berdua membawa keuntungan yang sangat besar, barang dagangannya cepat laku. Dengan demikian Muhammad juga memperoleh upah yang banyak dari Siti Khadijah. Muhammad berumur 25 tahun membawa barang dagangan milik Khadijah.
            Setibanya di Makkah  Muhammad dan menyerahkan hasil jualannya kepada Siti khadijah, dan sepulangnya Muhammad Maesaroh menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada waktu mereka berdagang. Dan Siti Khadijah merasa simpati terhadap perilaku Muhammad. Tak lama kemudian Nusfah menawarkan diri untuk mendekati Muhammad dan jika perlu untuk mengatur pernikahan mereka berdua tutur Nusfah.
            Tak lama kemudian setelah adanya kesepakatan antara muhammad dan Siti Khadijah mereka pun melangsungkan pernikahan yang pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun dan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Dalam pernikahannya yang menjadi naib yaitu paman Khadijah yang bernama Amr bin Al-Asad. Dan maskawin yang di berikan pada Muhammad kepada Siti Khadijah yaitu 12,5 Uqiyah dan 20 ekor unta betina. Dalam hal ini tidak ada permasalan.

C. Penutup

            Rasulullah adalah seorang yang penuh dengan kejujuran. Perjalanan dan kepergian Rasulullah dalam memperdagangkan barang-barang dagangan beliau selalu menerapkan nilai-nilai kejujuran dan menjelaskan sifat suatu barang. Hal itu menyebabkan banyaknya konsumen atau pembeli yang tertarik, dan bekeinginan untuk membeli.
            Pendeta Buhairo telah mengetahui tentang cirri-ciri Nabi terakhir itu pada diri Muhammad SAW. Beliau (Nabi Muhammad) terkenal sesosok orang yang jujur dan bijaksana sehingga sejak kecil beliau di juluki Al-Amin[5] oleh orang-orang Quraisy.
            Dengan kejujurannya pula Siti Khadijah tertarik dan menginginkan Muhammad untuk menjadi seorang pemimpin dalam keluarganya.



[1]           .  Disampaikan oleh kelompok  II, Novi Andriani, Syahadatun Rojannah, Ayu Soraya, Yayah  
                Rukiyah, Eko Wahyudin.
[2]           .  Syam; Negara yang sekarang disebut Syiria.
                Martin lings, Abubakar siraj al-din.1991.Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Cetakan IV, 1991. Hlm. 43-45.
[3]           . Bashrah, yaitu kota Bushroh atau Bosta, suatu kota yang menuju ke Damaskus.
[4]           . Al-amin, julukan dengan sebab ke jujuran Nabi Muhammad sejak kecil.
                Ustad Maftuh Ahnan Asy. 2001M. Kisah kehidupan Nabi Muhammad SAW Rahmatal lil’alamin,Surabaya; Terbit Terang.
[5]              Ditulis oleh IPPHO santosa-Andalas-Khalifah, 2008, Nama buku:Muhammad sebagai pedagang ,Jakarta;Terbit Terang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar