Jumat, 20 Mei 2011

TURUNNYA WAHYU [1]


A. Pendahuluan
            Wahyu merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul-Rasul-Nya. Muhammad SAW diturunkan wahyu oleh Allah Swt melalui malaikat Jibril As. Seperti kebiasaan keluarga besar pendahulunya, Nabi saw selalu membawa pergi dirinya jauh dari perkumpulan manusia umum di bulan Ramadhan. Beliau mengasingkan diri atau beruzlah di hamparan yang luas, tepatnya di gua Hira’. Dan tidak ada yang membahagiakan hati beliau tatkala sedang menyendiri, merenungkan dan berfikir kejadian alam Mekkah, sampai ke semenanjung Arabiyah.
            Dalam kondisi seperti ini, jiwa beliau dikuasai perasaan aneh, perasaan tenang, damai yang menyatu seiring dan sejalan. Beliau tidak hanya merenungkan daerahnya saja, tetapi pikiran beliau meluas sampai luar semenanjung Arabiyah. Beliau juga memikirkan dari bumi belahan timur sampai barat, termasuk kerajaan besar pada waktu itu, diantaranya adalah Romawi dan Persia, di dua kerajaan tersebut banyak pelanggaran HAM dan bersifat  anarkisme.[2]   

B. Peristiwa Turunnya Wahyu
            Ibnu Hisyam dalam As-Sirah An-Nabawiyah-nya. Rosulullah saw berkata,”
Jibril As datang kepadaku ketika aku sedang tidur. Ia membawa model kain sutra yang  di situ terdapat sebuah tulisan. Jibril berkata, ”Bacalah.” Aku berkata,“Aku tidak bisa membaca.” Lalu Jibril mendekapku hingga aku menyangka bahwa itu adalah kematian. Setelah itu ia melepaskanku dan berkata,”Bacalah. “Aku berkata,” Dengan apa aku membaca?” Aku tidak mengatakan seperti itu kecuali agar dia mengulangi apa yang pernah diperbuatnya terhadapku.
            Maka ia membaca:
 
            “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam , Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq: 1-5)

Aku pun membacanya hingga selesai lalu dia pergi meninggalkanku.
            Aku terbangun  dari tidurku. Seakan-akan aku telah menulis suatu tulisan di dalam hatiku. Aku keluar dari gua. Ketika berada di antara gunukan-gunukan gunung, aku mendengar suara dari langit yang berkata, “ Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku adalah Jibril.” Aku pun mengalihkan pandanganku kearah langit. Tiba-tiba aku melihat’ Jibril di ujung langit dengan rupa manusia yang jernih kedua kakinya. Ia berkata, “ Wahai Muhammad, engkau adalah utusan  Allah dan ku adalah Jibril,” Aku memberhentikan diri untuk memandangnya dengan sungguh-sungguh. Namun, ia  tidak maju juga tidak mundur. Aku memalingkan wajahku darinya untuk memandang ke arah lain. Setiap aku mengalihkan pandangan  ke suatu arah, aku melihat Jibril.
            Aku terus berhenti tidak maju ke depan dan juga tidak mundur ke belakang hingga Khadijah mengutus beberapa orang untuk mencariku. Mereka mencariku sampai di ujung kota Mekkah hingga kembali lagi. Akan tetapi, aku  masih tetap berdiri di tempatku sampai Jibril pergi dariku.
            Nabi saw sebagaimana ditulis Ibnu Hisyam mengatakan, “Aku pergi kembali ke keluargaku. Aku datang pada Khadijah lalu duduk di dekatnya. Maka ia berkat, “Wahai Abu Al-Qasim, dimanakah kamu sebelum ini? Demi Allah, aku telah mengutus utusan-utusanku untuk mencarimu hingga mereka sampai keujung kota Mekkah dan kembali lagi kepadaku.” Aku menceritakan kepadanya apa yang telah aku lihat.
            Mendengar itu Khadijah berkata, “Bergembiralah wahai putera paman dan tenanglah. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di Tangan-Nya, sesungguhnya aku berharap engkau adalah  Nabi umat ini.”[3]
            Ummul mu’minin, A’isyah r.a. berkata : Pertama turunnya wahyu kepada Nabi saw. Berupa mimpi yang  baik dan tepat, maka ia tiap mimpi pada waktu malam, terjadilah pada esok harinya bagaikan pastinya terbit fajar subuh, kemudian digemarkan untuk menyendiri di gua Hiraa’, disana ia beribadah beberapa hari dengan malamnya sebelum kembali kepada istrinya untuk berbekal dan kembali ke tempat khalwatnya, kemudian kembali kepada istrinya Siti Khadijah dan berbekal pula seperti yang semula, sehingga tibalah masa turunnya wahyu  yang hak ketika Nabi di gua Hiraa’, Maka datanglah malaikat dan menyuruh kepadanya: Iqra’( bacalah ). Nabi saw. Berkata: Ma-ana biqaari” ( Aku tidak dapat membaca), tiba-tiba malaikat itu mendekapnya sehingga habis tenaganya, kemudian di lepas dan diperintah: Iqra’. Dijawab: Aku tidak dapat membaca. Maka di dekap ia kedua kalinya sehinggah terasa payah, kemudian dilepas dan diperintah: Iqra (bacalah). Dijawab: Ma-ana biqaari’ (Aku tidak dapat membaca), maka didekap untuk ketiga kalinya, kemudian dilepas dan diperintah Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq, khalaqal insaana min alaq, iqra’warabbukal akram. (Bacalah dengan  nama Tuhanmu yang menjadikan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang mulia). [4]         

C. Penutup
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya Nabi Muhammad saw menerima wahyu tidaklah mudah dan merupakan ujian yang berat bagi beliau, beliau mengikuti kebiasaan pendahulunya yaitu menyendiri (berkhalwat) yaitu di gua Hiraa disana beliau merasakan ketentraman, kedamaian, kenyamanan dalam jiwanya. Dimalam hari tepatnya tanggal 17 Ramadhan beliau di datangi malaikat Jibril yang membawakan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw, ketika itu malaikat Jibril menjelma sebagai manusia muda yang tampan dan berpakaian indahserta harum semerbak baunya dan senyum manis pula, Jibril memandangi wajah muhammad lalu menghamparkan kain sutra yang halus dan bertuliskan huruf-huruf dan menyuruh Nabi Muhammad membacanya dan sampai membekas pada hati beliau.  



[1] Disampaikan dalam diskusi SPI oleh kelompok 3: Ahmad Saikhoni, Dewi Indriyani, Pathorahman, Titi Car niti semester II A Tgl 24 maret 2011

[2] Syaikh Samih Kurayyim. Ramadhan bersama Nabi. (Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 2006 ) h. 42-44.

[3] Martin lings. Kisah hidup nabi berdasarkan sumber klasik. (Penerbit: PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta,1991) h. 66  
[4] Muhammad  Fu’ad Abdul Baqi. Al-lu’lu’ wal Marjan. ( Penerbit: PT Bina Ilmu. Surabaya)  Hlm: 53-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar